Dalam dunia konstruksi, Spandek (Galvalum) dan lembaran seng sering digunakan sebagai bahan atap atau penutup bangunan. Meskipun keduanya memiliki fungsi yang serupa, ada beberapa perbedaan penting yang perlu dipertimbangkan sebelum memilih mana yang lebih cocok untuk proyek Anda.
Seng sendiri masuk di Indonesia pada 1990an, ketika perusahaan Australia, Herald Resources, menemukan cadangan seng besar di daerah Sopokomil, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, sehingga izin tambang diberikan pada 2005 dan dimulailah era atap seng. Tak lama kemudian, produksi atap seng diambil alih oleh perusahaan China pada 2009 hingga sekarang.
Sementara galvalum masuk pada tahun 2000an, dengan adanya perkenalan sistem rangka batang, yang sebelumnya tidak dimiliki oleh seng. Selain memudahkan pelanggan untuk mencari di 1 tempat saja, galvalum tidak membutuhkan perawatan yang terlalu rumit dalam persiapan (seperti memberi lapisan meni) ataupun tambahan pengerjaan, sehingga menjadi salah satu alternatif yang diminati masyarakat.
Spandek Galvalum terbuat dari campuran aluminium (55%), zinc (43.5%), dan silikon (1.5%), membuatnya memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap karat dan korosi dibandingkan kompetitor lain. Ketahanan yang dimaksud termasuk ketika menghadapi cuaca ekstrem seperti hujan angin (dengan rangka yang benar) dan kondisi lembab, yang umum ditemui di daerah tropis seperti Indonesia.
Sebaliknya, penutup atap seng terbuat dari seng murni dengan dimensi yang relatif tipis. Meskipun seng dan galvalum sama-sama memiliki perlindungan terhadap karat, seng memiliki ketahanan yang lebih rendah daripada spandek. Hal ini diperparah dengan kelembaban dan cuaca ekstrim dalam jangka panjang, menyebabkan seng lebih rentan terhadap karat dan korosi.
Spandek adalah salah salah satu bentuk dari baja ringan. Sesuai dari namanya, dengan bobotnya yang ringan dan rangka yang satu bahan (Yakni Kanal C dan Reng), spandek mampu mengurangi beban dibandingkan genteng pada umumnya sehingga memudahkan proses pemasangan. Dengan lebih sedikit proses konstruksi, waktu pemasangan bisa lebih singkat sehingga lebih efisien dan tidak memerlukan tenaga yang banyak. Pemasangan sambungan dibantu dengan baut SDS dan alat seperti hex socket, memastikan tidak adanya kebocoran antar bagian yang merupakan fitur penting sebagai atap pelindung penghuni rumah.
Meskipun lebih ringan, durabilitas seng lebih rendah dibandingkan spandek. Lembaran seng cenderung lebih mudah penyok atau rusak selama pemasangan, terutama jika terkena tekanan yang tidak merata atau benturan.
Saat ini, harga Spandek dan seng berkisar mulai dari 25.000 hingga 50.000 per meter lari. Namun, jika dilihat dari sistem dan kerumitan dengan harga yang sama, sistem Spandek, terutama jika rangka juga menggunakan bahan galvalum, maka secara jangka panjang, galvalum merupakan alternatif yang lebih ekonomis, mengingat ketahanan galvalum jauh lebih tinggi dengan bahan yang homogen.
Saat ini, motif spandek galvalum terkenal dengan KR 5 atau KR9 karena ada 5 atau 9 gelombang pada 1 lembar spandek. Namun, seiring dengan perkembangan jaman dan preferensi customer / konsumen / pelanggan, spandek sudah tersedia dengan berbagai macam varian warna dan pelapis tambahan. Saat ini, spandek bisa dipesan umumnya dengan warna merah, biru, hijau, hitam beserta pasir untuk mengurangi suara pada saat terkena hujan.
Estetika ini tidak dimiliki oleh seng yang terkenal dengan warna perak semenjak masuk hingga sekarang. Seng bisa diwarnai dengan cat, tetapi akan menambah biaya lagi, membuat proses pemasangan bahan lebih lama lagi.
Apakah anda toko galvalum? Jangan lupa karena nilai ekonomisnya, galvalum perlu disimpan dengan benar, dan klik di sini untuk info tentang penyimpanan galvalum dan mempertahankan usia baja ringan, seperti baja ringan IBI Truss. IBI Truss merupakan produsen baja ringan berkualitas yang sudah terbukti dan terjamin kualitasnya. Apabila kalian ingin mendapatkan informasi menarik mengenai produk dan pemesanan, silahkan hubungi kami di nomor 0878 5484 4507.